MOH. MUTTAQIN
Abstrak
Tujuan
penelitian ini adalah (1) mengetahui perseps
i remaja
kota Semarang terhadap
musik
dangdut; dan (2) mengetahui perbedaan perseps
i di antara
remaja kota
Semarang,
antara yang tinggal di pinggiran dan pusa
t kota
terhadap musik dangdut.
Pendekatan
yang digunakan adalah deskriptif, dengan
populasi
penelitian remaja
kota
Semarang baik yang tinggal di pinggiran kota m
aupun pusat
kota. pengambilan
sampel
penelitian secara bertingkat (
multi stage
sampling
) dan
diperoleh sejumlah 250
orang
sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan car
a survei
menggunakan angket
sebagai alat
pengumpul data yang selanjutnya data d
ianalisis
dengan Analisis Standar
Persentase
dan Koefisien Kontingensi. Hasil penelit
ian
menunjukkan bahwa: (1)
persepsi
remaja kota Semarang terhadap musik Dangdu
t termasuk
dalam kategori
cukup
(55,23%); (2) ada perbedaan tingkat persepsi
antara
remaja yang tinggal di
pinggiran
kota dan pusat kota Semarang terhadap mus
ik dangdut.
Berdasarkan hasil
tersebut
disarankan agar dilakukan upaya-upaya oleh
berbagai
pihak yang terkait
dengan
pengembangan persepsi remaja terhadap musik
dangdut
sehingga remaja
memiliki
persepsi yang lebih baik terhadap musik da
ngdut.
Kata kunci
: persepsi,
remaja, musik dangdut
Pendahuluan
Dewasa ini
perkembangan musik dangdut di Indonesia
semakin
maju. Hal ini dapat dilihat
dari semakin
beragamnya jenis, irama, dan peralatan
yang
digunakan. Dari segi penonton, musik
dangdut
merupakan salah satu musik yang tampaknya m
endapat
tempat di hati masyarakat. Hal
ini terlihat
betapa padatnya penonton ketika ada pe
rtunjukan
musik dangdut.
Satu hal
yang menarik untuk diperhatikan adalah bah
wa dari
sekian banyak pengunjung
pertunjukan
musik dangdut, mayoritas terdiri atas p
ara remaja.
Terhadap musik dangdut,
tampaknya
para remaja begitu antusias. Keantusiasan
ini dapat
dilihat dalam berbagai bentuk
aktivitas
seperti keikutsertaan mereka untuk bernya
nyi dan juga
berjoget selama pertunjukan
berlangsung.
Selain aktivitas tersebut, para remaj
a juga
melakukan berbagai aktivitas lain terkait
dengan musik
dangdut seperti: ikut serta dalam acar
a pemilihan
tangga lagu-lagu dangdut yang
diselenggarakan
oleh stasiun-stasiun radio di sekit
ar mereka,
mengikuti lomba menyanyi dangdut,
lomba musik
dangdut, kuis dangdut, jumpa fans denga
n para artis
dangdut, dan lain sebagainya.
Berbagai
aktivitas yang ditunjukkan para remaja ter
kait dengan
musik dangdut, diduga
karena
adanya persepsi remaja yang positif terhadap
musik
tersebut. Hanya saja, bagaimana
persepsi di
antara remaja terhadap musik dangdut te
rsebut dan
apakah terdapat perbedaan
*
Penulis
adalah dosen Jurusan Sendratasik FBS Universita
s Negeri
Semarang
.
2
persepsi
antara remaja yang tinggal di pinggiran ko
ta dengan
pusat kota terhadap musik dangdut,
menjadi
fenomena yang menarik untuk diteliti, mengi
ngat
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pertunjukan
musik umumnya diselenggarakan di pusat-
pusat kota.
Dari
berbagai fenomena tersebut, permasalahan yang
diajukan di
dalam penelitian ini
adalah: (1)
bagaimanakah persepsi remaja kota Semar
ang terhadap
musik dangdut?; (2) adakah
perbedaan
persepsi antara remaja kota Semarang yang
tinggal di
pusat kota dengan di pinggiran
kota
terhadap musik dangdut? Berdasarkan permasalah
an tersebut,
tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui dan mendeskripsikan seberapa jauh
persepsi
remaja kota Semarang terhadap
musik
dangdut, dan mendeskripsikan ada tidaknya per
bedaan
persepsi terhadap musik dangdut
antara remaja
kota Semarang yang tinggal di pinggir
an kota dan
pusat kota. Manfaat yang
diharapkan
adalah hasil penelitian ini dapat member
i informasi
kepada masyarakat kota Semarang
tentang
persepsi kaum remajanya terhadap musik dang
dut dan bagi
jurusan Sendratasik,
khususnya
pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri
Semarang sebagai informasi dan
dasar
pemikiran untuk menentukan bisa tidaknya musi
k dangdut
dimasukkan ke dalam kurikulum
jurusan.
Tinjauan
Pustaka
Untuk membahas
permasalahan persepsi remaja kota Se
marang dan
musik dangdut,
digunakan
berbagai teori yang terkait dengan persep
si, remaja,
dan musik dangdut. Menurut
Sudiana
(1986:11) persepsi adalah proses seseorang
dalam
memelihara kontak dengan
lingkungannya,
atau suatu proses penerimaan rangsan
g inderawi
dan penafsirannya. Menurut
Pringgodigdo
(1973:103), bahwa persepsi merupakan s
uatu proses
mental yang menghasilkan
bayangan
dalam diri individu sehingga dapat mengena
l suatu
objek dengan jalan asosiasi dengan
suatu
ingatan tertentu sehingga bayangan itu dapat
disadari.
Berkaitan dengan hal tersebut,
Kartono
(1984:77) menerangkan bahwa persepsi adalah
pengamatan
secara global yang belum
disertai
kesadaran objek dan subjeknya pun belum di
bedakan.
Selanjutnya menurut Lindzey
(1975:395)
persepsi menunjukkan bagaimana seseorang
memandang
atau mengetahui cirri-ciri
atau
sifat-sifat pihak lain. Lebih lanjut diterangk
an bahwa
persepsi bermula dari biologi yang berarti
hasil
kegiatan indera ketika mendapat rangsangan da
ri suatu
objek yang visual yang kemudian
konsep ini
digunakan oleh ilmu jiwa untuk memberi a
rti bagi
pengetahuan seseorang mengenai
suatu objek.
Persepsi
setiap orang dapat berbeda walaupun objek
yang diamati
benar-benar sama.
Menurut
Krech, (1962:17-18) perbedaan persepsi set
iap individu
disebabkan karena setiap
3
individu
dalam menghayati atau mengamati suatu obje
k selaras
dengan berbagai faktor
determinan
yang berkaitan dengan individu tersebut.
Beberapa
faktor determinan yang berkaitan
dengan
persepsi seseorang adalah: (1) lingkungan fi
sik dan
sosial, (2) struktur jasmaniah, (3)
kebutuhan
dan tujuan hidup, (4) pengalaman masa lam
pau. Sejalan
dengan hal tersebut, menurut
Desiderato
sebagaimana dikutip oleh Rahmat (1976:29
) bahwa
persepsi adalah penafsiran
terhadap
suatu objek, peristiwa atau informasi yang
dilandasi
oleh pengalaman hidup orang yang
melakukan
penafsiran tersebut. Dengan kata lain bah
wa persepsi
merupakan hasil pikiran
seseorang
tentang situasi tertentu. Persepsi member
i makna pada
stimuli inderawi. Pengalaman
tentang
suatu objek, peristiwa atau hubungan yang d
iperoleh
dengan mengumpulkan informasi
dan
menafsirkan pesan itulah selanjutnya disebut pe
rsepsi
(Rahmat 1985:64) Lebih dipertegas
oleh Depari
dan Colin (dalam Rohidi 1988:77) bahwa
bila
seseorang menyatakan kepada yang lain
tentang apa
yang dilihat atau didengarnya disertai
dengan
bagaimana tanggapan-nya, maka
masalah ini
disebut persepsi.
Dengan
demikian, terkait dengan masalah yang dikaji
, dapat
disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu
hasil penerimaan rangsang inderawi ses
eorang
(remaja) melalui pengamatan,
penafsiran,
dan pemikiran secara global tentang seb
uah objek
(musik dangdut).
Musik adalah
pernyataan isi hati manusia yang diung
kapkan dalam
bentuk bunyi yang teratur
dengan
melodi, ritme, dan mempunyai unsur keselaras
an yang
indah. Menurut bentuknya, musik
dapat
dibedakan ke dalam 3 macam yaitu musik instru
mental,
vokal, dan campuran (Sunarko
1988:7;
Suharto 1982:1). Dalam perjalanannya, di du
nia ini
telah berkembang berbagai jenis musik
dan satu di
antaranya adalah musik dangdut.
Musik
dangdut memiliki pengertian yang sama dengan
pengertian
musik di atas. Namun
demikian,
musik ini memiliki ciri khas yaitu di dal
am
membawakannya menggunakan
cengkok
yang
mendayu-dayu
yang diikuti detak atau ketukan gendan
g. Musik ini
didominasi oleh “denyut irama
tarian” atau
joget, mengandung pesan populis, dan d
itujukan
kepada para remaja (Irawati
1987:46).
Tema-tema lagu dangdut mengangkat kenyata
an hidup
masyarakat sehari-hari. Banyak
yang terasa
lugas, tanpa ditutup-tutupi sehingga da
pat diterima
khalayak dan terasa lebih dekat
dengan
masyarakat (Ukat 1990:5). Menurut Riyanto (1
992:1), pada
umumnya lagu dangdut enak
didengar,
bisa untuk berjoget mengikuti gejolak dal
am rangkaian
syair. Penyanyi dalam
membawakan
lagu-lagunya seakan-akan betul-betul men
galami kisah
dalam lagu yang
dibawakannya.
Secara umum,
yang dimaksud remaja adalah mereka yan
g berumur 11
– 24 tahun dan belum
menikah
(Sarlito 1988:14) Menurut Harlock (dalam Ma
ppiare
1982:15) pengertian remaja dilihat
dari rentang
usia meliputi mereka yang berusia 13/1
4 tahun – 17
tahun tergolong dalam remaja
4
awal, dan 17
– 21 tahun adalah tergolong remaja akh
ir.
Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja awal
memiliki
ciri-ciri antara lain keadaan perasaan dan
emosinya
tidak stabil, organ-organ seks telah
matang,
kemampuan mental atau berfikir mulai sempur
na namun
masih lebih dikuasai emosinya.
Remaja akhir
memiliki ciri-ciri antara lain kestabi
lan dam
aspek fisik dan psikis mulai meningkat,
berpandangan
lebih realistis, lebih matang menghada
pi masalah,
perasaan lebih tenang. Selain
ciri-ciri
tersebut, dalam perkembangannya remaja su
dah memiliki
sikap/pandangan terhadap
sesuatu yang
dihadapi. Oleh Gerungan (1982:58), sik
ap ini
diartikan sebagai kesediaan bereaksi
individu
terhadap sesuatu hal. Sikap ini telah ada
dan
berkembang sejak remaja bergaul dengan
lingkungannya,
yang merupakan produk pengamatan dar
i pengalaman
individu secara unik
dengan
benda-benda fisik di lingkungannya, orang tu
anya,
saudara-saudaranya, dan pergaulan
sosial yang
lebih luas. Sebagai suatu produk dari l
ingkungan
yang juga berkembang, sudah barang
tentu sikap
dan perasaannya juga berkembang.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif den
gan
menggunakan pendekatan deskriptif.
Lokasi
penelitian di kota Semarang dengan populasi
remaja di
kota Semarang. Oleh karena
besarnya
populasi penelitian, maka sebelum pengambi
lan data
dilaksanakan terlebih dahulu
ditentukan
metode pengambilan sampel untuk menentuk
an
responden. Penentuan sampel dalam
penelitian
ini menggunakan metode
multi stage
sampling
dengan
tahap-tahap: (1) menentukan
wilayah
penelitian ke dalam 5 wilayah yaitu Semaran
g Barat,
Timur, Tengah, Utara dan Selatan,
(2)
menentukan untuk setiap wilayah masing-masing 2
kelurahan
yang diperoleh secara random,
dan (3) menentukan
subjek penelitian untuk setiap k
elurahan
sebanyak 25 orang.
Variabel
yang diungkap di dalam penelitian ini adal
ah persepsi
remaja terhadap musik
dangdut
berdasar lokasi tempat tinggal remaja. Untu
k menggali
data persepsi remaja dan lokasi
tempat
tinggal digunakan angket yang berisi 30 buti
r
pertanyaan, mengungkap intensitas persepsi
remaja
terhadap musik dangdut dan sekaligus untuk m
encari
perbedaan persepsi di antara remaja.
Dari data
yang terkumpul selanjutnya dianalisis den
gan teknik
analisis statistik yaitu analisis
standar
persentase
, untuk
mengetahui bagaimana persepsi remaja kota S
emarang
terhadap musik
dangdut dan
kemudian
koefisien
kontingensi
untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi
di antara
remaja kota Semarang terhadap musik dangd
ut.
5
Hasil dan
Pembahasan
Gambaran
Persepsi Remaja Kota Semarang terhadap Mus
ik Dangdut
Dari
sejumlah 239 angket yang dianalisis, 87 respon
den masuk
dalam kategori persepsi
tinggi; 132
responden masuk dalam kategori persepsi
cukup; dan
20 responden masuk dalam
kategori
persepsi kurang. Jika data tersebut dipers
entase,
dapat disebutkan bahwa; (1) ada
30,40% dari
239 responden masuk dalam kategori pers
epsi tinggi;
(2) ada 55,23% dari 239
responden
masuk dalam kategori persepsi cukup; dan
(3) ada
8,37% dari 239 responden masuk
dalam
kategori persepsi kurang. Untuk lebih jelasny
a gambaran
tingkat persepsi remaja kota
Semarang
terhadap musik dangdut dapat dilihat pada
tabel
berikut ini.
Tabel 1.
Persentase Persepsi remaja Kota Semarang t
erhadap
Musik Dangdut
Dari tabel
tersebut secara persentase menunjukkan b
ahwa
persepsi remaja kota Semarang
terhadap
musik dangdut termasuk dalam kategori cuk
up baik
(55,23%). Hal ini berarti bahwa
remaja kota
Semarang dapat menerima dan mendukung k
ehadiran
musik dangdut di tengah
keberadaan
jenis musik lain yang berkembang di Sema
rang.
Dukungan dan sikap positip remaja
terhadap
keberadaan musik dangdut ini tampak pada b
eberapa
pandangan dan pendapat mereka
yang antara
lain menyatakan bahwa: (1) musik dangdu
t merupakan
salah satu sarana hiburan dan
apresiasi
bagi remaja. Sebagai sarara hiburan dan a
presiasi,
mereka beranggapan bahwa dengan
beraktivitas
di dalam musik ini (mendengarkan, berm
ain,
berjoget, dan lain sebagainya) remaja
dapat
menghibur hatinya dan mengungkapkan ekspresi
seni yang
ada di dalam batinnya; (2) musik
dangdut
merupakan salah satu bagian kebudayaan nasi
onal yang
terbentuk dari hasil perkawinan
antara irama
gendang Hindustan dengan irama Melayu.
Sebagai
hasil kebudayaan, musik ini perlu
terus
dikembangkan dan dilestarikan agar tidak keti
nggalan
jaman dan punah serta dapat menarik
para
wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesi
a sehingga
Indonesia menjadi terkenal di
dunia; (3)
musik ini bukan karya seni murahan yang
tidak patut
dijadikan sebagai sarana apresiasi
sebagaimana
anggapan sebagian masyarakat. Menurut r
emaja bahwa
musik ini merupakan suatu
Asal Daerah
Kategori
Pinggiran
Pusat
Jumlah
Persentase
Tinggi 79 8
87 36,40
Cukup 99 33
132 55,23
Kurang 13 7
20 8,37
Kurang
Sekali 0 0 0 0,00
Jumlah 191
48 239 100,00
6
karya seni
yang patut untuk diapresiasi, digeluti,
diamati,
baik dalam segi lirik-liriknya,
komposisinya,
aransemennya yang tidak jauh berbeda
dengan musik
lain.
Perbedaan
Persepsi Remaja Kota Semarang antara yang
Tinggal di
Pinggiran
dan Pusat
Kota
terhadap
Musik
Dangdut
Sebagaimana
telah diungkapkan di depan, untuk menge
tahui
perbedaan persepsi remaja
kota
Semarang terhadap musik dangdut antara yang ti
nggal di
pinggiran dan pusat kota digunakan
teknik
analisis Koefisien Kontingensi. Dari hasil p
erhitungan
diperoleh nilai “r” sebesar 0.216. Dari
nilai
tersebut setelah dikonsultasikan dengan nilai
“r” tabel
ternyata nilai “r” yang diperoleh lebih
besar dari
nilai “r” tabel baik untuk taraf signifi
kansi 1%
(0.181) maupun 5% (0.138). Dengan
demikian
berarti ada korelasi positif dan signifika
n antara
tempat tinggal dengan persepsi remaja.
Dengan kata
lain bahwa ada perbedaan persepsi terha
dap musik
dangdut antara remaja kota
Semarang
yang tinggal di pinggiran kota dengan yang
tinggal di
pusat kota.
Dari hasil
analisis data ini juga menunjukkan bahwa
tempat
tinggal setidaknya turut
berpengaruh
terhadap persepsi remaja pada musik dan
gdut.
Kenyataan ini dapat diketahui dengan
melihat
hasil analisis Koefisien Kontingensi di man
a hasil yang
diperoleh lebih besar dari tabel baik
pada taraf
signifikansi 1% maupun 5%. Remaja yang t
inggal di
tengah kota akan lebih
memungkinkan
dan lebih leluasa untuk menonton atau
menyaksikan
berbagai sajian musik baik
dari jenis
dangdut, pop, rock, maupun lainnya sebag
ai sarana
apresiasi dan hiburan. Adanya
tingkat
keleluasaan di dalam menikmati maupun menya
ksikan
berbagai pertunjukan musik yang
beraneka
ragam ini memungkinkan remaja dapat mengam
ati,
mengomentari, memberikan
pandangan
terhadap berbagai jenis musik yang pernah
dilihatnya
yang pada akhirnya remaja yang
tinggal di
tengah kota akan memiliki tingkat persep
si
tersendiri terhadap jenis musik tertentu.
Artinya,
bahwa remaja tengah kota memiliki sikap, p
andangan,
dan tanggapan serta pendapat
tertentu
terhadap sebuah jenis musik yang berbeda d
engan sikap,
pandangan, tanggapan serta
pendapatnya
terhadap suatu jenis musik yang lain.
Sebaliknya,
bagi remaja yang tinggal di
pinggiran
kota, umumnya mereka kurang memiliki kese
mpatan untuk
lebih leluasa menikmati
ataupun
menonton sajian-sajian musik yang beraneka
ragam
seperti layaknya remaja yang tinggal
di tengah
kota mengingat bahwa oleh karena berbagai
hal sajian
musik yang diselenggarakan di
pinggiran
kota sangat terbatas baik dari segi macam
maupun
waktunya.
Oleh karena
terbatasnya macam sajian musik dan wakt
u
pertunjukan yang diselenggarakan
di pinggiran
kota, para remaja yang tinggal di ping
giran kota
akan memiliki pandangan, sikap,
tanggapan,
dan pendapat serta penafsiran terhadap j
enis-jenis
musik yang umumnya
7
dipergelarkan
di pinggiran kota yang dalam hal ini
adalah musik
dangdut. Artinya, bahwa oleh
karena musik
dangdut yang sering ditonton, maka mus
ik ini akan
bisa lebih dipersepsi oleh para
remaja yang
tinggal di pinggiran kota. Musik ini di
anggap mampu
mewakili diri remaja dalam
mengungkapkan
perasaannya, menghiburnya, memberi pa
ndangan
hidup/nasihat, memberi
inspirasi
dan semangat hidup, dan sebagainya. Adany
a sikap,
pendapat, dan pandangan yang
demikian
menyebabkan remaja pinggiran kota memiliki
tingkat
persepsi yang berbeda dengan
remaja yang
tinggal di tengah/pusat kota terhadap m
usik
dangdut. Hal ini didukung oleh pendapat
yang
menyatakan bahwa persepsi setiap orang dapat s
angat
berbeda walaupun objek yang
diamati
benar-benar sama. Perbedaan ini antara lain
disebabkan
karena perbedaan lingkungan
fisik dan
sosial.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan hasil penelitian yang dikemu
ka-kan,
dapat disampaikan simpulan
sebagai
berikut.
Pertama,
remaja kota Semarang baik yang tinggal di
pinggiran
maupun pusat kota memiliki
persepsi
yang cukup baik terhadap musik dangdut; ke
dua, ada
perbedaan persepsi yang sangat
signifikan
antara remaja yang tinggal di pusat/teng
ah kota
dengan yang tinggal di pinggiran kota
terhadap
musik dangdut.
Saran-saran
Berdasarkan
simpulan di atas, beberapa saran yang d
iajukan
adalah sebagai berikut.
Pertama,
bagi produser musik dangdut perlu melakuka
n
usaha-usaha pengembangan musik
dangdut
sehingga tidak terkesan murahan dan tidak b
ermutu. Hal
ini dapat dilakukan melalui
pengembangan-pengembangan
terhadap unsur-unsur lagu
seperti
lirik-lirik, aransemennya ke arah
yang lebih
baik. Kedua, bagi pemerintah, kiranya da
pat
melakukan usaha penyuntingan dan
penyensoran
terhadap lagu/musik dangdut yang dinila
i kurang
berbobot dan kurang mendidik
masyarakat
dengan cara membuat undang-undang atau p
eraturan
untuk para produser musik
dangdut agar
mau menyerahkan sampel hasil rekamanny
a sebelum
diedarkan di masyarakat.
Untuk itu,
perlu dibentuk satu tim yang terdiri dar
i para
budayawan, seniman musik, tokoh
masyarakat
dan pendidik yang bertugas menilai mutu
hasil
rekaman musik dangdut. Hal ini
dilakukan
dengan maksud agar musik dangdut pada ak
hirnya dapat
lebih diterima oleh segenap
lapisan
masyarakat. Ketiga, bagi penelitian selanju
tnya, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut
Penutup
8
dengan
permasalahan yang berbeda, bervariasi, serta
dengan
tinjauan yang lebih kompleks baik
secara
interdisiplin maupun multidisiplin.
Daftar Pustaka
Irawati, I.
R. 2000.”Musik Jazz dan Dangdut dalam A
nalisis
Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat”
Jurnal
Sosiologi
. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Kartono,
K.1984.
Psikologi
Umum
. Bandung:
Alumni.
Krech, D.,
et al.1962.
Individual
ini Society
. Tokyo:
Mc.Graw Hill.
Lindzey, G.
and Aronson, E.(Ed).1975.
The Hand
Book of Social Psychology Vol. 1-5
. New
Delhi:Amerind
Publishing Co.
Mappiare, A.
1982.
Psikologi
Remaja
. Surabaya:
Usaha Nasional.
Pringgodigdo,
AG.1973.
Ensiklopedi Umum
.
Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Rahmat,
J.1985.
Psikologi
Komunikasi
.Bandung:
Remaja Karya.
Riyanto.1992.
Pasar yang Menentukan.
Makalah pada
Seminar
Sehari Seni Orkes Melayu Jawa
Tengah
di Semarang
oleh IKIP PGRI dan Hisomi MKGR Kodya D
ati II Semarang.
Rohidi,
T.R.1988. Persepsi dan Partisipasi Pemuda D
esa Jawa
Tengah terhadap Pembangunan
Olah Raga:
Studi tentang Pemuda dan Olah Raga.
Laporan
Penelitian
. Tidak
dipublikasikan,
IKIP
Semarang.
Sarlito, W.
S.1988.
Psikologi
Remaja
. Jakarta:
Rajawali Press.
Sudijono, A.
1989.
Pengantar
Statistika Pendidikan
. Jakarta:
Rajawali Press.
Suharto,
M.1990.
Pendidikan
Seni Musik
. Jakarta:
Depdikbud.
Sunarko.
1988.
Teori Musik
3 untuk SMP
. Solo: CV
Aneka Ilmu.
Ukat.1990.”Dangdut
Mapan “dalam
Majalah
Citra Musik.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar