Sabtu, 22 Agustus 2015

PERSEPSI REMAJA KOTA SEMARANG TERHADAP MUSIK DANGDUT



MOH. MUTTAQIN

 Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui perseps
i remaja kota Semarang terhadap
musik dangdut; dan (2) mengetahui perbedaan perseps
i di antara remaja kota
Semarang, antara yang tinggal di pinggiran dan pusa
t kota terhadap musik dangdut.
Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif, dengan
populasi penelitian remaja
kota Semarang baik yang tinggal di pinggiran kota m
aupun pusat kota. pengambilan
sampel penelitian secara bertingkat (
multi stage sampling
) dan diperoleh sejumlah 250
orang sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan car
a survei menggunakan angket
sebagai alat pengumpul data yang selanjutnya data d
ianalisis dengan Analisis Standar
Persentase dan Koefisien Kontingensi. Hasil penelit
ian menunjukkan bahwa: (1)
persepsi remaja kota Semarang terhadap musik Dangdu
t termasuk dalam kategori
cukup (55,23%); (2) ada perbedaan tingkat persepsi
antara remaja yang tinggal di
pinggiran kota dan pusat kota Semarang terhadap mus
ik dangdut. Berdasarkan hasil
tersebut disarankan agar dilakukan upaya-upaya oleh
berbagai pihak yang terkait
dengan pengembangan persepsi remaja terhadap musik
dangdut sehingga remaja
memiliki persepsi yang lebih baik terhadap musik da
ngdut.
Kata kunci
: persepsi, remaja, musik dangdut
Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan musik dangdut di Indonesia
semakin maju. Hal ini dapat dilihat
dari semakin beragamnya jenis, irama, dan peralatan
yang digunakan. Dari segi penonton, musik
dangdut merupakan salah satu musik yang tampaknya m
endapat tempat di hati masyarakat. Hal
ini terlihat betapa padatnya penonton ketika ada pe
rtunjukan musik dangdut.
Satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah bah
wa dari sekian banyak pengunjung
pertunjukan musik dangdut, mayoritas terdiri atas p
ara remaja. Terhadap musik dangdut,
tampaknya para remaja begitu antusias. Keantusiasan
ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk
aktivitas seperti keikutsertaan mereka untuk bernya
nyi dan juga berjoget selama pertunjukan
berlangsung. Selain aktivitas tersebut, para remaj
a juga melakukan berbagai aktivitas lain terkait
dengan musik dangdut seperti: ikut serta dalam acar
a pemilihan tangga lagu-lagu dangdut yang
diselenggarakan oleh stasiun-stasiun radio di sekit
ar mereka, mengikuti lomba menyanyi dangdut,
lomba musik dangdut, kuis dangdut, jumpa fans denga
n para artis dangdut, dan lain sebagainya.
Berbagai aktivitas yang ditunjukkan para remaja ter
kait dengan musik dangdut, diduga
karena adanya persepsi remaja yang positif terhadap
musik tersebut. Hanya saja, bagaimana
persepsi di antara remaja terhadap musik dangdut te
rsebut dan apakah terdapat perbedaan
*
Penulis adalah dosen Jurusan Sendratasik FBS Universita
s Negeri Semarang
.
2
persepsi antara remaja yang tinggal di pinggiran ko
ta dengan pusat kota terhadap musik dangdut,
menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti, mengi
ngat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pertunjukan musik umumnya diselenggarakan di pusat-
pusat kota.
Dari berbagai fenomena tersebut, permasalahan yang
diajukan di dalam penelitian ini
adalah: (1) bagaimanakah persepsi remaja kota Semar
ang terhadap musik dangdut?; (2) adakah
perbedaan persepsi antara remaja kota Semarang yang
tinggal di pusat kota dengan di pinggiran
kota terhadap musik dangdut? Berdasarkan permasalah
an tersebut, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mendeskripsikan seberapa jauh
persepsi remaja kota Semarang terhadap
musik dangdut, dan mendeskripsikan ada tidaknya per
bedaan persepsi terhadap musik dangdut
antara remaja kota Semarang yang tinggal di pinggir
an kota dan pusat kota. Manfaat yang
diharapkan adalah hasil penelitian ini dapat member
i informasi kepada masyarakat kota Semarang
tentang persepsi kaum remajanya terhadap musik dang
dut dan bagi jurusan Sendratasik,
khususnya pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang sebagai informasi dan
dasar pemikiran untuk menentukan bisa tidaknya musi
k dangdut dimasukkan ke dalam kurikulum
jurusan.
Tinjauan Pustaka
Untuk membahas permasalahan persepsi remaja kota Se
marang dan musik dangdut,
digunakan berbagai teori yang terkait dengan persep
si, remaja, dan musik dangdut. Menurut
Sudiana (1986:11) persepsi adalah proses seseorang
dalam memelihara kontak dengan
lingkungannya, atau suatu proses penerimaan rangsan
g inderawi dan penafsirannya. Menurut
Pringgodigdo (1973:103), bahwa persepsi merupakan s
uatu proses mental yang menghasilkan
bayangan dalam diri individu sehingga dapat mengena
l suatu objek dengan jalan asosiasi dengan
suatu ingatan tertentu sehingga bayangan itu dapat
disadari. Berkaitan dengan hal tersebut,
Kartono (1984:77) menerangkan bahwa persepsi adalah
pengamatan secara global yang belum
disertai kesadaran objek dan subjeknya pun belum di
bedakan. Selanjutnya menurut Lindzey
(1975:395) persepsi menunjukkan bagaimana seseorang
memandang atau mengetahui cirri-ciri
atau sifat-sifat pihak lain. Lebih lanjut diterangk
an bahwa persepsi bermula dari biologi yang berarti
hasil kegiatan indera ketika mendapat rangsangan da
ri suatu objek yang visual yang kemudian
konsep ini digunakan oleh ilmu jiwa untuk memberi a
rti bagi pengetahuan seseorang mengenai
suatu objek.
Persepsi setiap orang dapat berbeda walaupun objek
yang diamati benar-benar sama.
Menurut Krech, (1962:17-18) perbedaan persepsi set
iap individu disebabkan karena setiap
3
individu dalam menghayati atau mengamati suatu obje
k selaras dengan berbagai faktor
determinan yang berkaitan dengan individu tersebut.
Beberapa faktor determinan yang berkaitan
dengan persepsi seseorang adalah: (1) lingkungan fi
sik dan sosial, (2) struktur jasmaniah, (3)
kebutuhan dan tujuan hidup, (4) pengalaman masa lam
pau. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
Desiderato sebagaimana dikutip oleh Rahmat (1976:29
) bahwa persepsi adalah penafsiran
terhadap suatu objek, peristiwa atau informasi yang
dilandasi oleh pengalaman hidup orang yang
melakukan penafsiran tersebut. Dengan kata lain bah
wa persepsi merupakan hasil pikiran
seseorang tentang situasi tertentu. Persepsi member
i makna pada stimuli inderawi. Pengalaman
tentang suatu objek, peristiwa atau hubungan yang d
iperoleh dengan mengumpulkan informasi
dan menafsirkan pesan itulah selanjutnya disebut pe
rsepsi (Rahmat 1985:64) Lebih dipertegas
oleh Depari dan Colin (dalam Rohidi 1988:77) bahwa
bila seseorang menyatakan kepada yang lain
tentang apa yang dilihat atau didengarnya disertai
dengan bagaimana tanggapan-nya, maka
masalah ini disebut persepsi.
Dengan demikian, terkait dengan masalah yang dikaji
, dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu hasil penerimaan rangsang inderawi ses
eorang (remaja) melalui pengamatan,
penafsiran, dan pemikiran secara global tentang seb
uah objek (musik dangdut).
Musik adalah pernyataan isi hati manusia yang diung
kapkan dalam bentuk bunyi yang teratur
dengan melodi, ritme, dan mempunyai unsur keselaras
an yang indah. Menurut bentuknya, musik
dapat dibedakan ke dalam 3 macam yaitu musik instru
mental, vokal, dan campuran (Sunarko
1988:7; Suharto 1982:1). Dalam perjalanannya, di du
nia ini telah berkembang berbagai jenis musik
dan satu di antaranya adalah musik dangdut.
Musik dangdut memiliki pengertian yang sama dengan
pengertian musik di atas. Namun
demikian, musik ini memiliki ciri khas yaitu di dal
am membawakannya menggunakan
cengkok
yang
mendayu-dayu yang diikuti detak atau ketukan gendan
g. Musik ini didominasi oleh “denyut irama
tarian” atau joget, mengandung pesan populis, dan d
itujukan kepada para remaja (Irawati
1987:46). Tema-tema lagu dangdut mengangkat kenyata
an hidup masyarakat sehari-hari. Banyak
yang terasa lugas, tanpa ditutup-tutupi sehingga da
pat diterima khalayak dan terasa lebih dekat
dengan masyarakat (Ukat 1990:5). Menurut Riyanto (1
992:1), pada umumnya lagu dangdut enak
didengar, bisa untuk berjoget mengikuti gejolak dal
am rangkaian syair. Penyanyi dalam
membawakan lagu-lagunya seakan-akan betul-betul men
galami kisah dalam lagu yang
dibawakannya.
Secara umum, yang dimaksud remaja adalah mereka yan
g berumur 11 – 24 tahun dan belum
menikah (Sarlito 1988:14) Menurut Harlock (dalam Ma
ppiare 1982:15) pengertian remaja dilihat
dari rentang usia meliputi mereka yang berusia 13/1
4 tahun – 17 tahun tergolong dalam remaja
4
awal, dan 17 – 21 tahun adalah tergolong remaja akh
ir. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja awal
memiliki ciri-ciri antara lain keadaan perasaan dan
emosinya tidak stabil, organ-organ seks telah
matang, kemampuan mental atau berfikir mulai sempur
na namun masih lebih dikuasai emosinya.
Remaja akhir memiliki ciri-ciri antara lain kestabi
lan dam aspek fisik dan psikis mulai meningkat,
berpandangan lebih realistis, lebih matang menghada
pi masalah, perasaan lebih tenang. Selain
ciri-ciri tersebut, dalam perkembangannya remaja su
dah memiliki sikap/pandangan terhadap
sesuatu yang dihadapi. Oleh Gerungan (1982:58), sik
ap ini diartikan sebagai kesediaan bereaksi
individu terhadap sesuatu hal. Sikap ini telah ada
dan berkembang sejak remaja bergaul dengan
lingkungannya, yang merupakan produk pengamatan dar
i pengalaman individu secara unik
dengan benda-benda fisik di lingkungannya, orang tu
anya, saudara-saudaranya, dan pergaulan
sosial yang lebih luas. Sebagai suatu produk dari l
ingkungan yang juga berkembang, sudah barang
tentu sikap dan perasaannya juga berkembang.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif den
gan menggunakan pendekatan deskriptif.
Lokasi penelitian di kota Semarang dengan populasi
remaja di kota Semarang. Oleh karena
besarnya populasi penelitian, maka sebelum pengambi
lan data dilaksanakan terlebih dahulu
ditentukan metode pengambilan sampel untuk menentuk
an responden. Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode
multi stage sampling
dengan tahap-tahap: (1) menentukan
wilayah penelitian ke dalam 5 wilayah yaitu Semaran
g Barat, Timur, Tengah, Utara dan Selatan,
(2) menentukan untuk setiap wilayah masing-masing 2
kelurahan yang diperoleh secara random,
dan (3) menentukan subjek penelitian untuk setiap k
elurahan sebanyak 25 orang.
Variabel yang diungkap di dalam penelitian ini adal
ah persepsi remaja terhadap musik
dangdut berdasar lokasi tempat tinggal remaja. Untu
k menggali data persepsi remaja dan lokasi
tempat tinggal digunakan angket yang berisi 30 buti
r pertanyaan, mengungkap intensitas persepsi
remaja terhadap musik dangdut dan sekaligus untuk m
encari perbedaan persepsi di antara remaja.
Dari data yang terkumpul selanjutnya dianalisis den
gan teknik analisis statistik yaitu analisis
standar persentase
, untuk mengetahui bagaimana persepsi remaja kota S
emarang terhadap musik
dangdut dan kemudian
koefisien kontingensi
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi
di antara remaja kota Semarang terhadap musik dangd
ut.
5
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Persepsi Remaja Kota Semarang terhadap Mus
ik Dangdut
Dari sejumlah 239 angket yang dianalisis, 87 respon
den masuk dalam kategori persepsi
tinggi; 132 responden masuk dalam kategori persepsi
cukup; dan 20 responden masuk dalam
kategori persepsi kurang. Jika data tersebut dipers
entase, dapat disebutkan bahwa; (1) ada
30,40% dari 239 responden masuk dalam kategori pers
epsi tinggi; (2) ada 55,23% dari 239
responden masuk dalam kategori persepsi cukup; dan
(3) ada 8,37% dari 239 responden masuk
dalam kategori persepsi kurang. Untuk lebih jelasny
a gambaran tingkat persepsi remaja kota
Semarang terhadap musik dangdut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Persentase Persepsi remaja Kota Semarang t
erhadap Musik Dangdut
Dari tabel tersebut secara persentase menunjukkan b
ahwa persepsi remaja kota Semarang
terhadap musik dangdut termasuk dalam kategori cuk
up baik (55,23%). Hal ini berarti bahwa
remaja kota Semarang dapat menerima dan mendukung k
ehadiran musik dangdut di tengah
keberadaan jenis musik lain yang berkembang di Sema
rang. Dukungan dan sikap positip remaja
terhadap keberadaan musik dangdut ini tampak pada b
eberapa pandangan dan pendapat mereka
yang antara lain menyatakan bahwa: (1) musik dangdu
t merupakan salah satu sarana hiburan dan
apresiasi bagi remaja. Sebagai sarara hiburan dan a
presiasi, mereka beranggapan bahwa dengan
beraktivitas di dalam musik ini (mendengarkan, berm
ain, berjoget, dan lain sebagainya) remaja
dapat menghibur hatinya dan mengungkapkan ekspresi
seni yang ada di dalam batinnya; (2) musik
dangdut merupakan salah satu bagian kebudayaan nasi
onal yang terbentuk dari hasil perkawinan
antara irama gendang Hindustan dengan irama Melayu.
Sebagai hasil kebudayaan, musik ini perlu
terus dikembangkan dan dilestarikan agar tidak keti
nggalan jaman dan punah serta dapat menarik
para wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesi
a sehingga Indonesia menjadi terkenal di
dunia; (3) musik ini bukan karya seni murahan yang
tidak patut dijadikan sebagai sarana apresiasi
sebagaimana anggapan sebagian masyarakat. Menurut r
emaja bahwa musik ini merupakan suatu
Asal Daerah
Kategori
Pinggiran
Pusat
Jumlah Persentase
Tinggi 79 8 87 36,40
Cukup 99 33 132 55,23
Kurang 13 7 20 8,37
Kurang Sekali 0 0 0 0,00
Jumlah 191 48 239 100,00
6
karya seni yang patut untuk diapresiasi, digeluti,
diamati, baik dalam segi lirik-liriknya,
komposisinya, aransemennya yang tidak jauh berbeda
dengan musik lain.
Perbedaan Persepsi Remaja Kota Semarang antara yang
Tinggal di Pinggiran
dan Pusat
Kota terhadap
Musik Dangdut
Sebagaimana telah diungkapkan di depan, untuk menge
tahui perbedaan persepsi remaja
kota Semarang terhadap musik dangdut antara yang ti
nggal di pinggiran dan pusat kota digunakan
teknik analisis Koefisien Kontingensi. Dari hasil p
erhitungan diperoleh nilai “r” sebesar 0.216. Dari
nilai tersebut setelah dikonsultasikan dengan nilai
“r” tabel ternyata nilai “r” yang diperoleh lebih
besar dari nilai “r” tabel baik untuk taraf signifi
kansi 1% (0.181) maupun 5% (0.138). Dengan
demikian berarti ada korelasi positif dan signifika
n antara tempat tinggal dengan persepsi remaja.
Dengan kata lain bahwa ada perbedaan persepsi terha
dap musik dangdut antara remaja kota
Semarang yang tinggal di pinggiran kota dengan yang
tinggal di pusat kota.
Dari hasil analisis data ini juga menunjukkan bahwa
tempat tinggal setidaknya turut
berpengaruh terhadap persepsi remaja pada musik dan
gdut. Kenyataan ini dapat diketahui dengan
melihat hasil analisis Koefisien Kontingensi di man
a hasil yang diperoleh lebih besar dari tabel baik
pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Remaja yang t
inggal di tengah kota akan lebih
memungkinkan dan lebih leluasa untuk menonton atau
menyaksikan berbagai sajian musik baik
dari jenis dangdut, pop, rock, maupun lainnya sebag
ai sarana apresiasi dan hiburan. Adanya
tingkat keleluasaan di dalam menikmati maupun menya
ksikan berbagai pertunjukan musik yang
beraneka ragam ini memungkinkan remaja dapat mengam
ati, mengomentari, memberikan
pandangan terhadap berbagai jenis musik yang pernah
dilihatnya yang pada akhirnya remaja yang
tinggal di tengah kota akan memiliki tingkat persep
si tersendiri terhadap jenis musik tertentu.
Artinya, bahwa remaja tengah kota memiliki sikap, p
andangan, dan tanggapan serta pendapat
tertentu terhadap sebuah jenis musik yang berbeda d
engan sikap, pandangan, tanggapan serta
pendapatnya terhadap suatu jenis musik yang lain.
Sebaliknya, bagi remaja yang tinggal di
pinggiran kota, umumnya mereka kurang memiliki kese
mpatan untuk lebih leluasa menikmati
ataupun menonton sajian-sajian musik yang beraneka
ragam seperti layaknya remaja yang tinggal
di tengah kota mengingat bahwa oleh karena berbagai
hal sajian musik yang diselenggarakan di
pinggiran kota sangat terbatas baik dari segi macam
maupun waktunya.
Oleh karena terbatasnya macam sajian musik dan wakt
u pertunjukan yang diselenggarakan
di pinggiran kota, para remaja yang tinggal di ping
giran kota akan memiliki pandangan, sikap,
tanggapan, dan pendapat serta penafsiran terhadap j
enis-jenis musik yang umumnya
7
dipergelarkan di pinggiran kota yang dalam hal ini
adalah musik dangdut. Artinya, bahwa oleh
karena musik dangdut yang sering ditonton, maka mus
ik ini akan bisa lebih dipersepsi oleh para
remaja yang tinggal di pinggiran kota. Musik ini di
anggap mampu mewakili diri remaja dalam
mengungkapkan perasaannya, menghiburnya, memberi pa
ndangan hidup/nasihat, memberi
inspirasi dan semangat hidup, dan sebagainya. Adany
a sikap, pendapat, dan pandangan yang
demikian menyebabkan remaja pinggiran kota memiliki
tingkat persepsi yang berbeda dengan
remaja yang tinggal di tengah/pusat kota terhadap m
usik dangdut. Hal ini didukung oleh pendapat
yang menyatakan bahwa persepsi setiap orang dapat s
angat berbeda walaupun objek yang
diamati benar-benar sama. Perbedaan ini antara lain
disebabkan karena perbedaan lingkungan
fisik dan sosial.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang dikemu
ka-kan, dapat disampaikan simpulan
sebagai berikut.
Pertama, remaja kota Semarang baik yang tinggal di
pinggiran maupun pusat kota memiliki
persepsi yang cukup baik terhadap musik dangdut; ke
dua, ada perbedaan persepsi yang sangat
signifikan antara remaja yang tinggal di pusat/teng
ah kota dengan yang tinggal di pinggiran kota
terhadap musik dangdut.
Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas, beberapa saran yang d
iajukan adalah sebagai berikut.
Pertama, bagi produser musik dangdut perlu melakuka
n usaha-usaha pengembangan musik
dangdut sehingga tidak terkesan murahan dan tidak b
ermutu. Hal ini dapat dilakukan melalui
pengembangan-pengembangan terhadap unsur-unsur lagu
seperti lirik-lirik, aransemennya ke arah
yang lebih baik. Kedua, bagi pemerintah, kiranya da
pat melakukan usaha penyuntingan dan
penyensoran terhadap lagu/musik dangdut yang dinila
i kurang berbobot dan kurang mendidik
masyarakat dengan cara membuat undang-undang atau p
eraturan untuk para produser musik
dangdut agar mau menyerahkan sampel hasil rekamanny
a sebelum diedarkan di masyarakat.
Untuk itu, perlu dibentuk satu tim yang terdiri dar
i para budayawan, seniman musik, tokoh
masyarakat dan pendidik yang bertugas menilai mutu
hasil rekaman musik dangdut. Hal ini
dilakukan dengan maksud agar musik dangdut pada ak
hirnya dapat lebih diterima oleh segenap
lapisan masyarakat. Ketiga, bagi penelitian selanju
tnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Penutup
8
dengan permasalahan yang berbeda, bervariasi, serta
dengan tinjauan yang lebih kompleks baik
secara interdisiplin maupun multidisiplin.
Daftar Pustaka
Irawati, I. R. 2000.”Musik Jazz dan Dangdut dalam A
nalisis Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat”
Jurnal Sosiologi
. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kartono, K.1984.
Psikologi Umum
. Bandung: Alumni.
Krech, D., et al.1962.
Individual ini Society
. Tokyo: Mc.Graw Hill.
Lindzey, G. and Aronson, E.(Ed).1975.
The Hand Book of Social Psychology Vol. 1-5
. New
Delhi:Amerind Publishing Co.
Mappiare, A. 1982.
Psikologi Remaja
. Surabaya: Usaha Nasional.
Pringgodigdo, AG.1973.
Ensiklopedi Umum
. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Rahmat, J.1985.
Psikologi Komunikasi
.Bandung: Remaja Karya.
Riyanto.1992. Pasar yang Menentukan.
Makalah pada
Seminar Sehari Seni Orkes Melayu Jawa
Tengah
di Semarang oleh IKIP PGRI dan Hisomi MKGR Kodya D
ati II Semarang.
Rohidi, T.R.1988. Persepsi dan Partisipasi Pemuda D
esa Jawa Tengah terhadap Pembangunan
Olah Raga: Studi tentang Pemuda dan Olah Raga.
Laporan Penelitian
. Tidak dipublikasikan,
IKIP Semarang.
Sarlito, W. S.1988.
Psikologi Remaja
. Jakarta: Rajawali Press.
Sudijono, A. 1989.
Pengantar Statistika Pendidikan
. Jakarta: Rajawali Press.
Suharto, M.1990.
Pendidikan Seni Musik
. Jakarta: Depdikbud.
Sunarko. 1988.
Teori Musik 3 untuk SMP
. Solo: CV Aneka Ilmu.
Ukat.1990.”Dangdut Mapan “dalam
Majalah Citra Musik.
Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar